Jumat, 14 Februari 2014

Industri Elektronik di Batam Mengeliat


Kinerja industri elektronik di Batam terus tumbuh ditengah melambatnya permintaan global. Itu bisa dilihat dari naiknya ekspor dan membaiknya kinerja keuangan sejumlah perusahaan.
Salah satu perusahaan elektronik di Batam yang mencatat kinerja kinclong adalah PT Satnusa Persada Tbk. Perseroan yang sudah tercatat di lantai Bursa tersebut berhasil mendongkrak laba bersihnya hingga mencapai 980.806 dollar AS setara dengan 9,3 miliar rupiah sepanjang tahun 2012. Padahal, di tahun 2011 perseroan merugi lebih dari satu juta dollar AS.
Perolehan laba tahun 2012 berdasarkan catatan keuangan PT Satnusa Persada Tbk disumbang dari meningkatnya penjualan terhadap sejumlah pelanggan besar seperti Kenwood Electronic Tehnologies (M) Sdn. Bhd, Sony Electronics (S) Pte. Ltd, Sony Energy Devices Corporation dan Panasonic AVC Network (S) Pte. Ltd. Total penjualanya 236,9 juta dollar AS sepanjang 2012, lebih tinggi dibanding 2011 yang 231,9 juta dollar AS.

Direktur Utama PT Satnusa Persada Tbk, Abidin Hasibuan menjelaskan, tidak mudah memperoleh kinerja positif di tahun 2012 karena ekonomi global masih mengalami perlambatan menyebabkan konsumsi produk elektronik juga melambat. Ketidakpastian global tersebut memaksa manajemen mencari inovasi dan menciptakan pasar baru di negara yang selama ini bukan menjadi pasar namun memiliki potensi besar. Selain itu, perseroan juga menggunakan jasa perusahaan pemasaran untuk Eropa.

Ditengah masih melambatnya konsumsi global tersebut, Perseroan tetap optimistis kinerja tahun 2013 ini tetap tumbuh. Untuk itu, Perseroan telah mengambil langkah strategis antara lain, pematangan rencana produksi agar dapat mengidentifikasi masalah teknik dan mengaji ulang syarat dan ketentuan kontrak terhadap barang barang reject, menerapkan strategi pemasaran yang lebih fleksible dan efisiensi.

Untuk meningkatkan pendapatan, perseroan juga mulai tahun ini akan menjajaki segmen bisnis lainnya yang bersinergi dengan core business Perusahaan dan melakukan ekspansi fasilitas produksi dalam mendukung bisnis integrasi atau pelayanan satu atap yang lebih komplit mencakupi Surface Mount Technology, Plastic Molding, Metal Stamping dan Final Assembly.

Kemudian memperbaiki infrastruktur teknologi informasi, menggencarkan upaya untuk menjajaki bisnis full turn key atau pembelian material secara langsung yang akan memberikan kontribusi pada marjin Perusahaan. Membentuk tim khusus dalam memonitor pergerakan harga bahan baku, bahan penolong dan bahan pengepakan lainnya untuk meminimalisir pengaruh dari volatilitas harga pasar yang berpotensi menekan profitabilitas Perusahaan.

Perseroan juga akan melakukan tinjauan ulang terhadap harga jual seiring dengan peningkatan upah minimum kerja yang telah mengalami kenaikan 53,58 persen sejak Januari 2013. Memperluas basis vendor agar tidak terpusat pada Negara Asia Tenggara saja, Terus berinovasi dalam pembuatan semi automation dan penyempurnaan proses integrasi vertical dengan memperbaharui fasilitas produksi, meningkatkan control pada kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman barang serta penekanan biaya produksi sehingga dapat memberikan nilai tambah kepada pelanggan serta mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pelanggan.

Mengajukan pengurangan harga atau diskon dari vendor dengan memperpendek jangka
waktu pembayaran dengan selalu mempertimbangkan efek ekonomis terhadap keuntungan
Perusahaan. Memperluas potensi marjin Perusahaan dengan melakukan ekspansi kapabilitas
engineering melalui pelayanan kebutuhan internal seperti men-fabrikasi jig dan tools yang
digunakan dalam proses produksi serta menjajaki pangsa pasar diluar Perusahaan.

Mengkaji kemungkinan penggunaan jenis bahan penolong yang lebih efisien dan murah
dengan tetap memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan serta mendapatkan persetujuan pelanggan sebelum perubahan tersebut dilakukan. Menjajaki kerjasama dengan perusahaan design sebagai terobosan dalam pemberian pelayanan terintegrasi ke pelanggan. Penambahan pel
ayanan design produk kepada pelanggan tersebut akan lebih meningkatkan ketergantungan pelanggan pada Perusahaan sehingga keberlangsungan bisnis dapat lebih terjamin.

Dengan strategis tersebut, Abidin Optimistis kinerja tahun 2013 lebih baik disbanding tahun sebelumnya. Harapan itu bisa saja menjadi kenyataan karena berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Kepri, kinerja ekspor Kepri di awal tahun atau Januari 2013 mengalami peningkatan.
Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau Januari 2013 mencapai 1.345,05 juta dollar AS atau naik 3,27 persen dibanding ekspor Desember 2012. Bila dibanding dengan ekspor Januari 2012, ekspor Januari 2013 juga mengalami kenaikan 14,51 persen. Kenaikan ekspor Kepri dikontribusi cukup besar dari ekspor Kota Batam melalui tiga pelabuhan utama yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil dan sebagian ekspor tersebut merupakan komponen dan produk elektronik.
Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu yang juga Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, Batam memang sudah sejak lama menjadi basis produksi elektronik di Indonesia ditandai dengan banyaknya perusahaan global yang membuka pabrik di Batam antara lain, Panasonik, Scheneider Elektrik, Sanyo dan lainnya.
Ketertarikan pebisnis elektronik global juga masih cukup tinggi untuk membuka pabrik di Batam, itu bisa dilihat dari banyaknya investor baru dibidang elektronik yang membuka pabrik baru di Batam. Berdasarkan catatan BP Batam selama semester satu 2012, dari 44 investor asing yang menanamkan modal di Batam, sebagianya bergerak dibidang industri komponen elektronik.
Sementara itu, Ketua Kadin Provinsi Kepri, Johanes Kennedy Aritonang mengatakan,  membaiknya kinerja industri komponen elektronik disebabkan banyak perusahaan di Batam yang memperoleh kontrak dalam jangka panjang sehingga tidak terlalu terpangaruh akibat krisis global yang terjadi saat ini.
Meski demikian, perusahaan elektronik di Batam masih menghadapi sejumlah kendala dalam pengembanganya seperti biaya tenaga kerja yang cukup tinggi akibat kenaikan UMK yang mencapai lebih dari 50 persen tahun ini. Selain itu, layanan di pelabuhan juga belum efisien karena proses bongkar muat masih membutuhkan waktu lama akibatnya perseroan harus mengeluarkan biaya lebih. Selain itu, krisis lahan di Batam juga menyebabkan perusahaan yang sudah ada sulit melakukan ekspansi. (gus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar