Kinerja industri elektronik di Batam terus tumbuh ditengah melambatnya permintaan global. Itu bisa dilihat dari naiknya ekspor dan membaiknya kinerja keuangan sejumlah perusahaan.
Salah
satu perusahaan elektronik di Batam yang mencatat kinerja kinclong adalah PT
Satnusa Persada Tbk. Perseroan yang sudah tercatat di lantai Bursa tersebut
berhasil mendongkrak laba bersihnya hingga mencapai 980.806 dollar AS setara
dengan 9,3 miliar rupiah sepanjang tahun 2012. Padahal, di tahun 2011 perseroan
merugi lebih dari satu juta dollar AS.
Perolehan
laba tahun 2012 berdasarkan catatan keuangan PT Satnusa Persada Tbk disumbang
dari meningkatnya penjualan terhadap sejumlah pelanggan besar seperti Kenwood Electronic Tehnologies (M) Sdn. Bhd, Sony
Electronics (S) Pte. Ltd, Sony Energy Devices Corporation dan Panasonic AVC
Network (S) Pte. Ltd. Total penjualanya 236,9 juta dollar AS sepanjang 2012,
lebih tinggi dibanding 2011 yang 231,9 juta dollar AS.
Direktur Utama PT Satnusa Persada
Tbk, Abidin Hasibuan menjelaskan, tidak mudah memperoleh kinerja positif di
tahun 2012 karena ekonomi global masih mengalami perlambatan menyebabkan
konsumsi produk elektronik juga melambat. Ketidakpastian global tersebut
memaksa manajemen mencari inovasi dan menciptakan pasar baru di negara yang
selama ini bukan menjadi pasar namun memiliki potensi besar. Selain itu,
perseroan juga menggunakan jasa perusahaan pemasaran untuk Eropa.
Ditengah masih melambatnya konsumsi
global tersebut, Perseroan tetap optimistis kinerja tahun 2013 ini tetap
tumbuh. Untuk itu, Perseroan telah mengambil langkah strategis antara lain,
pematangan rencana produksi agar dapat mengidentifikasi masalah teknik dan
mengaji ulang syarat dan ketentuan kontrak terhadap barang barang reject, menerapkan strategi pemasaran
yang lebih fleksible dan efisiensi.
Untuk meningkatkan pendapatan,
perseroan juga mulai tahun ini akan menjajaki segmen bisnis lainnya yang
bersinergi dengan core business Perusahaan
dan melakukan ekspansi fasilitas produksi dalam mendukung bisnis integrasi atau
pelayanan satu atap yang lebih komplit mencakupi Surface Mount Technology, Plastic Molding, Metal Stamping dan Final
Assembly.
Kemudian memperbaiki infrastruktur
teknologi informasi, menggencarkan upaya untuk menjajaki bisnis full turn key atau
pembelian material secara langsung yang akan memberikan kontribusi pada marjin
Perusahaan. Membentuk tim khusus dalam memonitor pergerakan harga bahan baku, bahan
penolong dan bahan pengepakan lainnya untuk meminimalisir pengaruh dari
volatilitas harga pasar yang berpotensi menekan profitabilitas Perusahaan.
Perseroan juga akan melakukan
tinjauan ulang terhadap harga jual seiring dengan peningkatan upah minimum
kerja yang telah mengalami kenaikan 53,58 persen sejak Januari 2013. Memperluas
basis vendor agar tidak terpusat pada Negara Asia Tenggara saja, Terus
berinovasi dalam pembuatan semi automation dan penyempurnaan proses integrasi
vertical dengan memperbaharui fasilitas produksi, meningkatkan control pada
kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman barang serta penekanan biaya
produksi sehingga dapat memberikan nilai tambah kepada pelanggan serta
mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pelanggan.
Mengajukan pengurangan harga atau
diskon dari vendor dengan memperpendek jangka
waktu pembayaran dengan selalu
mempertimbangkan efek ekonomis terhadap keuntungan
Perusahaan. Memperluas potensi
marjin Perusahaan dengan melakukan ekspansi kapabilitas
engineering melalui pelayanan
kebutuhan internal seperti men-fabrikasi jig dan tools yang
digunakan dalam proses produksi
serta menjajaki pangsa pasar diluar Perusahaan.
Mengkaji kemungkinan penggunaan
jenis bahan penolong yang lebih efisien dan murah
dengan tetap memperhatikan kualitas
produk yang dihasilkan serta mendapatkan persetujuan pelanggan sebelum
perubahan tersebut dilakukan. Menjajaki kerjasama dengan perusahaan design
sebagai terobosan dalam pemberian pelayanan terintegrasi ke pelanggan.
Penambahan pel
ayanan design produk kepada
pelanggan tersebut akan lebih meningkatkan ketergantungan pelanggan pada
Perusahaan sehingga keberlangsungan bisnis dapat lebih terjamin.
Dengan strategis tersebut, Abidin
Optimistis kinerja tahun 2013 lebih baik disbanding tahun sebelumnya. Harapan
itu bisa saja menjadi kenyataan karena berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat
Statistik) Provinsi Kepri, kinerja ekspor Kepri di awal tahun atau Januari 2013
mengalami peningkatan.
Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau
Januari 2013 mencapai 1.345,05 juta dollar AS atau naik 3,27 persen dibanding
ekspor Desember 2012. Bila dibanding dengan ekspor Januari 2012, ekspor Januari
2013 juga mengalami kenaikan 14,51 persen. Kenaikan ekspor Kepri dikontribusi
cukup besar dari ekspor Kota Batam melalui tiga pelabuhan utama yakni pelabuhan
Batu Ampar, Sekupang dan Kabil dan sebagian ekspor tersebut merupakan komponen
dan produk elektronik.
Direktur Pusat Layanan Terpadu Satu
Pintu yang juga Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, Batam memang sudah
sejak lama menjadi basis produksi elektronik di Indonesia ditandai dengan
banyaknya perusahaan global yang membuka pabrik di Batam antara lain,
Panasonik, Scheneider Elektrik, Sanyo dan lainnya.
Ketertarikan pebisnis elektronik
global juga masih cukup tinggi untuk membuka pabrik di Batam, itu bisa dilihat
dari banyaknya investor baru dibidang elektronik yang membuka pabrik baru di
Batam. Berdasarkan catatan BP Batam selama semester satu 2012, dari 44 investor
asing yang menanamkan modal di Batam, sebagianya bergerak dibidang industri
komponen elektronik.
Sementara itu, Ketua Kadin Provinsi
Kepri, Johanes Kennedy Aritonang mengatakan, membaiknya kinerja industri komponen
elektronik disebabkan banyak perusahaan di Batam yang memperoleh kontrak dalam
jangka panjang sehingga tidak terlalu terpangaruh akibat krisis global yang
terjadi saat ini.
Meski demikian, perusahaan
elektronik di Batam masih menghadapi sejumlah kendala dalam pengembanganya
seperti biaya tenaga kerja yang cukup tinggi akibat kenaikan UMK yang mencapai
lebih dari 50 persen tahun ini. Selain itu, layanan di pelabuhan juga belum
efisien karena proses bongkar muat masih membutuhkan waktu lama akibatnya
perseroan harus mengeluarkan biaya lebih. Selain itu, krisis lahan di Batam
juga menyebabkan perusahaan yang sudah ada sulit melakukan ekspansi. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar