Komunitas
Ekonomi ASEAN yang akan mulai diberlakukan tahun 2015, berarti mulai berlaku
juga pasar bebas atau ASEAN Free Trade Area. Untuk itu, pemerintah
diharapkan mendorong masyarakat untuk memahami standar kelas internasional,
seperti ISO yang
dikeluarkan oleh International Organization for Standardization agar
produk yang dihasilkan termasuk dari Provinsi Kepri bisa bersaing dengan produk
sejenis yang dihasilkan negara lain di kawasan Asean.
Penyatuan ekonomi negara negara di
kawasan Asia Tenggara tinggal menghitung hari dan itu berarti perdagangan di
kawasan ini tak lagi dibatasi dengan regulasi, tetapi semua kegiatan yang
terkait dengan prekonomian dilakukan lintas negara hanya dengan persyaratan
antara lain standar internasional pada bidang jasa dan barang.
Sebagai salah satu anggota ASEAN,
Indonesia akan berhadapan dengan sembilan negara lain yang juga anggota ASEAN,
yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura,
Thailand, dan Vietnam. Dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat di
negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, maka pasar besar Asean nantinya akan bertumpu
pada Pasar tunggal dan basis ekonomi, Kawasan berdaya saing tinggi, Integrasi
ke dalam ekonomi global, dan Pembangunan ekonomi yang merata.
Sayangnya, meski Indonesia merupakan
negara yang paling besar dari segi wilayah dan populasi penduduk dari anggota
Asean lainnya namun dari sector perdagangan masih belum mampu menyaingi
beberapa negara Asean.
Pengamat ekonomi Faisal Basri dalam
seminar ekonomi menghadapi pasar bebas Asean di Batam beberapa waktu lalu
mengatakan, untuk beberapa sector perdangan, Indonesia masih mengalami deficit seperti
produk manufacturing, produk makanan serta minyak dan gas. Indonesia juga
dinilai sebagai negara yang belum siap menghadapi pasar bebas Asean karena
beberapa kendala seperti daya saing UKM (usaha kecil menengah) yang rendah,
beberapa daerah tujuan wisata (DTW) yang tidak siap menghadapi arus wisatawan
nusantara dan mancanegara. Birokrasi yang kurang efisien dan infrastruktur
masih belum memadai khususnya di daerah.
Menghadapi
Asean Economic Community perlu banyak persiapan seperti ketersediaan infrastruktur
dan Sumber Daya Manusia. Sebagai negara besar, Indonesia juga harus mulai
menyatukan atau menghubungkan terlebih dahulu perekonomian nasional dengan cara
membangun system logistic yang professional. Secara pisik, persiapan yang
dibutuhkan seperti transportasi, teknologi informasi dan energy.
Pemerintah
pusat juga perlu mulai mempersiapkan daerah menghadapi pasar bebas Asean,
terutama daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti
Provinski Kepulauan Riau (Kepri). Pasalnya, jika daerah belum siap
menghadapinya dikhawatirkan Indonesia akan
menghadapi persoalan besar. Padahal, Komunitas Ekonomi Asean 2015 justru untuk
mencapai stabilitas, kesejahteraan, dan daya saing tinggi di negara-negara
anggota ASEAN.
Salah satu
kekhawatiran adalah persaingan global, terutama ekonomi dan perdagangan, akan
menyerbu ASEAN karena ada 600 juta penduduk di kawasan ini. Indonesia akan
menjadi ’sasaran empuk’ karena berpenduduk yang paling banyak sehingga menjadi
pasar yang potensial bagi perdagangan dunia.
Gubernur Kepri,
H.M Sani mengatakan, Kepri merupakan daerah terdepan yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam sehingga
pemberlakuan Pasar Bebas Asean akan langsung menyeret perekonomian Kepri,
terlebih selama ini tiga daerah di Kepri yakni Batam, Bintan dan Karimun sudah
memberlakukan pasar bebas dengan statusnya sebagai kawasan pelabuhan dan
perdagangan bebas atau Free Trade Zone.
Tabel : Logistic Performance Index, 2012 n = 155

Pelaksana Tugas Ketua Kadin
Kepri, Nada Faza Soraya Kepri dinilai masih belum siap menghadapi penyatuan
ekonomi Asean di tahun 2015 karena masih banyak kendala. Beberapa kendala antara lain, kualitas produk UKM yang masih
rendah sehingga dikuatirkan sulit bersaing dengan produk sejenis dari negara
lain. Untuk itu, pemerintah daerah harus dapat memberi pengertian pada pelaku
usaha kecil dan menengah untuk segera membenahi bisnisnya.
“Banyak produk yang
dihasilkan UKM belum memiliki daya saing disebabkan pengelolaan packing atau
kemasan yang belum professional dan kurangnya promosi,” katanya.
Selain daya saing produk
UKM yang dinilai masih rendah, Kepri juga belum memiliki pelabuhan berstandar
internasional untuk menunjang aktivitas ekspor impor. Oleh karena itu rencana
pemerintah yang akan membangun pelabuhan Tanjung Sauh harus dipercepat.
Menurut Nada, keberadaan
pelabuhan batu ampar dan beberapa pelabuhan lainnya yang ada di Batam saat ini masih
belum cukup untuk menghadapi ekonomi Asean 2015 karena kapasitasnya sangat terbatas.
Untuk itu, dibutuhkan pelabuhan dengan kapasitas yang lebih besar untuk
menampung lebih banyak container.
”Pemerintah
mestinya bisa mengembangkan salah satu atau beberapa pelabuhan di Indoneia
menjadi hub (pusat koneksi ke berbagai pelabuhan dunia). Ini sangat
memungkinkan karena letak geografis Indonesia yang sangat strategis yang
menjadi penghubung antara Barat dan Timur serta antara Utara dan Selatan dan salah
satu tempat yang layak adalah Pulau Batam,” katanya. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar