BATAM – PT
Pertamina (Persero) meresmikan sedikitnya tujuh proyek infrastruktur hilir
minyak dan gas di Pulau Sambu, Batam, Provinsi Kepulauan Riau Rabu (12/2)
dengan nilai investasi 340 juta dollar AS setara dengan 3,4 triliun rupiah
dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS. Proyek itu diharapkan dapat menyokong
Pertamina dalam upaya menjadi pemain utama bisnis niaga migas di tingkat
regional menuju visi Asian Energy Champion 2025.
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan mengatakan, untuk
mencapai visi Asian Energy Champion 2025, Pertamina telah memiliki
sejumlah strategi yang dicatatkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan, yang
ditujukan untuk meningkatkan kinerja agar dapat berada sejajar dengan
perusahaan-perusahaan kelas dunia.
Salah satu pemicu pertumbuhan perusahaan yang diutamakan
adalah penguatan bisnis hilir migas melalui pengembangan infrastruktur suplai
dan distribusi.
"Hari ini Pertamina meresmikan proyek-proyek yang
diharapkan dapat mendukung pencapaian kinerja dan tugas-tugas Pertamina sebagai
Indonesia's National Energy Backbone atau perusahaan yang mampu menjadi
tulang punggung penyediaan kebutuhan energi dalam negeri sekaligus untuk
memantapkan posisi perusahaan dalam penguasaan bisnis niaga migas baik di level
nasional, regional, maupun Internasional," kata Karen.
Adapun proyek-proyek yang diresmikan meliputi peningkatan
kapasitas TBBM Pulau Sambu hingga mencapai 300.000 Kilo liter dengan dermaga
berkapasitas LR 100.000 DWT yang dilengkapi dengan fasilitas Terminal
Automation System, serta blending untuk produk solar dan MFO berstandar
internasional.
Kedua, pengembangan TBBM Tanjunguban dengan tambahan
kapasitas tangki timbun sebesar 200.000 kilo liter lengkap dengan Terminal
Automation System dan dermaga baru berkapasitas LR 100.000 DWT, serta fasilitas
blending migas yang dapat meningkatkan fleksibilitas pembelian impor produk
premium atau HOMC 92 dan naphta. Kedua proyek ini akan tuntas pada akhir 2016.
Ketiga, terminal LPG Panjang, Lampung, dengan kapasitas
tangki timbun 5.000 metrik ton yang telah melayani pasokan LPG untukLampung dan
sekitarnya sekaligus sebagai buffer stock untuk wilayah Sumatera Selatan dan
Bengkulu.
Keempat, kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) berkapasitas
84.000 cubic metric (setara dengan 50.000 ton LPG) dengan panjang kapal 225,8
meter yang merupakan terbesar di dunia. Kapal VLGC ini merupakan bagian dari
rencana penambahan armada milik Pertamina untuk memperkuat jumlah armada kapal
milik Pertamina, khususnya tipe LPG carrier untuk meningkatkan efisiensi dan
memperlancar distribusi LPG ke seluruh wilayah Indonesia serta meningkatkan
posisi tawar Pertamina di antara para ship owners.
Selanjutnya adalah tiga proyek Depo Pengisian Pesawat Udara
(DPPU) di tiga lokasi bandara internasional, yaitu DPPU Kualanamu, Medan,
Sumatera Utara; DPPU Hassanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan; dan DPPU Bandara
Internasional Lombok, Mataram, NTB.
"Ketiga proyek pembangunan DPPU
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bisnis penjualan avtur
Pertamina dalam dunia penerbangan nasional maupun internasional," katanya.
(gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar